MOVE ON ≠ Melupakan

Setiap insan di muka bumi tentunya pernah terluka, Orang dewasa dengan segala dilema yg dihadapinya maupun anak kecil dengan kepolosannya bisa, akan dan bahkan pernah terluka. entah pada akhirnya luka tersebut nampak maupun hanya luka kasat mata yang mampu membelenggu hati serta pikiran pemiliknya.
Mayoritas tentu akan mencari berbagai cara bagaimana menghilangkan luka tersebut. Tentunya kita pun selalu berharap bagaimana kita dapat terbebas dari belenggu masa lalu, terbebas dari rasa sakit luka tersebut dan bisa move on merangkai masa depan yg lebih baik. Namun, seolah rasa sakit dari hati yang patah mengikat kaki pemiliknya hingga ia sulit untuk bangkit berdiri kembali. Hati yang terluka terkadang menjadi sulit untu diobati hingga sang pemilik hati tersebut berakhir dengan gagal move on.
Lantas apakah move on dari luka masa lalu memang sesulit itukah ? Tidak adakah tips atau jurus jitu agar kita bisa move on dengan cepat ?
Sebenarnya bukan proses move on yang lama hanya saja meneguhkan niat serta kemauan untuk menyembuhkan luka lah yang sungguh lama serta sangatlah sulit. Barangkali secara sadar kita mengatakan ingin move on dan melupakan dia yang telah menyakiti hati kita tetapi dialam bawar sadar kita tak ingin melupakan kenangan tersebut, kita hanya terus meratapi dan mengulang ngulang penyesalan terhadap apa yang terjadi atau bahkan kita terus mencoba menyalahkan semua hal yg terkait dengan apa yang telah terjadi.
Orang-orang yang berpegang teguh pada rasa sakit masa lalu ini sering menghilangkan rasa sakitnya justru dengan terus mengulang-ulang rasa sakit tersebut dalam pikiran mereka. Kadang-kadang seseorang bahkan bisa “terjebak” dalam rasa sakitnya.
Mengapa terjadi seperti demikian ?
Hakikatnya luka hati adalah perasaan. Dan move on yang selalu kita inginkan adalah mengenai bagaimana kita mendapatkan perasaan nyaman serta bahagia kembali, bagaimana kita bisa beranjak pindak dari perasaan sedih, kecewa, marah dan penyesalan menjadi perasaan yang jauh lebih positif.
Move on bukan perkara tentang melupakan sebuah objek dalam pikiran kita karena yang membedakan sebuah kenangan serta memori adalah perasaan yang hadir dari kenangan tersebut. Mengapa sebuah memori tentang suatu pelajaran dapat dengan mudah kita lupakan setelah ujian selesai sedangkan kenangan mengenai orang asing yang kita temui di jalan namun ia telah membuat kita tertawa karena suatu hal misalnya akan terus kita ingat karena perasaan senang dan sensasi dari tawa yg telah kita rasakan lah yang menjadikan kenangan tersebut hidup. Pada akhirnya otak seolah mendeteksi bahwa kenangan tersebut penting bagi pemiliknya.
Sama halnya dengan kenangan menyakitkan serta menyedihkan. Semakin kita berusaha menghilangkan kenangan dari kejadian menyedihkan tersebut maka sebenarnya kita terus mengulang kenangan tersebut diputar oleh otak kita. Semakin kita hanya fokus pada kenangan tsb maka akan sering diputar oleh otak dan pada akhirnya justru menjadi semakin sulit untuk menghilangkan rasa sakitnya.
Maka move on bukan lah perkara melupakan, tetapi perkara menerima perasaanmu kemudian genggamlah pilihan untuk berpindah pada perasaan yang baru. Move on memiliki makna berpindah, bergerak. Maka jika kita benar benar menginginkan bisa move on berarti yang harus kita lakukan adalah bergerak dan berpindah bukan melupakan. Berpindahlah dari perasaan yang menyelimuti mu selama masa menyedihkan tersebut, bergeraklah dari tempatmu agar kamu bisa melihat sudut pandang yang lain melihat kenanganmu hingga kau bisa mendapatkan perasaan yang baru muncul ketika melihat kenangan tersebut kembali.
Seperti halnya tatkala kita melihat suatu masalah. Cara pandangmu melihat masalah akan menentukan bagaimana hati serta pikiranmu menghadapi masalah tersebut. Jika kau hanya berfokus pada siapa yang bersalah, apa penyebab semua ini terjadi maka kita hanya akan mendapatkan diri akan dan masih terjebak dalam masalah. Bukan berarti sudut pandang ini salah hanya saja jika kita tak melanjutkan langkah pada sudut pandang lainnya yaitu solusi apa yang dapat menyelesaikan masalah tersebut atau apa yang harus aku lakukan agar masalah ini selesai maka kita akan terus terjebak dalam perasaan penyesalan tanpa memperbaiki, perasaan menyedihkan tanpa bersyukur akan sesuatu yg masih kita miliki.
Holly Browns mengatakan “The problem with blaming others is that it can often leave you powerless. For example, you confront the person (your boss, your spouse, your parent, your child), and they say, “No, I didn’t,” or worse, “So what if I did?”, then you’re left with all this anger and hurt and no resolution. All your feelings are legitimate. It’s important to feel them fully, and then move on. Nursing your grievances indefinitely is a bad habit, because (as the title goes) it hurts you more than it hurts them”
Jadi, apa yang akan kita lakukan terhadap luka tersebut jauh lebih penting daripada hanya memikirkan luka itu sendiri. Bukankah kita sangat menginginkan untuk kembali menjadi hati yang bahagia dan lebih positif dalam kehidupan? Atau apakah Anda lebih suka merenungkan tanpa henti tentang masa lalu dan sesuatu yang tidak dapat diubah?
Satu-satunya cara Anda dapat menerima sukacita dan kebahagiaan baru dalam hidup Anda adalah membuat ruang untuk itu. Jika hati Anda dipenuhi dengan rasa sakit dan sakit hati, bagaimana Anda bisa terbuka terhadap sesuatu yang baru?.
Ribuan wanita dan pria single di SatukanCinta mencari sahabat, teman kencan, atau bahkan pasangan hidup. Bisa jadi Andalah yang ditunggu-tunggu!